bunga

Kamis, 04 April 2013

MORFOLOGI & KLASIFIKASI TANAH


LAPORAN PRAKTIKUM

MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH










Oleh :



TRI PRIHATININGSIH

A0B011053







KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

D3 – ILMU TANAH

PURWOKERTO

      2012






BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang



Tanah yaitu tempat berdirinya tanaman, gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman, serta tempat persediaan air bagi tanaman. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk meneliti sifat-sifat tanah dengan baik di lapangan, maka perlu dilakukan irisan tegak lurus dari permukaan tanah ke bawah. Dari irisan tegak lurus ini akan terlihat hubungan tanah yang berada di permukaan bumi dengan benda-benda bagian bawahnya sebagai pembentuk tanah. Irisan tegak lurus seperti ini umumnya sampai kedalaman ± 150 cm, disebut profil tanah.

Sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari tanah tersebut. Batas suatu horison dengan horison yang lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Tanah terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. Ada 4 komponen utama penyusun tanah mineral yang tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan mata telanjang. Komponen tanah tersebut dipilah menjadi tifa fase penyusun tanah, yakni: (1) fase padat : bahan mineral dan bahan organik; (2) fase cair : lengas tanah dan air tanah; serta (3) fase gas : udara tanah. komposisi tanah berdasarkan volume tanah, masing-masing komponen hanya perkiraan (% volume). Komponen mineral adalah semua jenis bahan padat hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral primer, mineral sekunder, dan bahan amorf yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan komposisi. (1) ukuran : pasir (2000-50 µm), debu (50-2 µm), dan lempung (< 2 µm). (2) komposisi mineralogi : (a) pasir/debu : feldspar, kuarsa, hornblende, biotit, dan lain-lain; (b) lempung : kaolinit, monmorillonit, illit, bentonit; (c) amorf : alofan, imogolit, dan oksida. Komponen organic terdiri atas fauna dan flora tanah, perakaran tanaman, serta hasil dekomposisi/peruraian sisa vegetasi atau hewan sebagai hasil kegiatan mikroorganisme sehingga selalu terjadi alihrupa komponen tanah.



B.     Tujuan



Ø  Mahasiswa mampu mengamati secara langsung profil tanah dan sifat fisik tanah di lapang.





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



 Profil tanah merupakan penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horison tanah. Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah, yaitu horison O, A, E, B, C, dan R, sedangkan horison yang menyusun solum tanah adalah hanya horison A, E, dan B. Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang kurang lebih seragam di dalam profil, batas antar horison yang bertetangga sejajar atau hampir sejajar terhadap permukaan tanah. Horison tanah dapat dibedakan secara visual dan batas perubahan dari horison yang satu ke yang lain, terutama tanah-tanah diwilayah tropika basah cenderung kabur atau tidak jelas. Simbol notasi horison dan lapisan tanah terdapat perbedaan antara Supplement to the Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1962) dan Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1981).


Berikut ini notasi horison terbaru.  Horison O, yakni lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Dalam beberapa kasus lapisan tanah tersebut dijenuhi air dalam waktu yang relative lama atau pernah jenuh air kemudian dilakukan pengatusan buatan; yang lain tidak pernah dijenuhi air.  Horison A, yakni horison mineral yang terbentuk dipermukaan atau bawah horison O yang menunjukan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan. Pada horison A mungkin terjadi akumulasi humifikasi bahan organik yang bercampur dengan bahan mineral dan tidak dipengaruhi sama sekali oleh karakteristik horison E atau B. Sifat yang dimiliki merupakan hasil kegiatan pertanian atau kegiatan lain yang merusak. Horison E,yakni horison tanah mineral dengan karakteristik khusus telah terjadi kehilangan lempung silikat, besi, aluminium, atau kombinasinya, dan yang tinggal merupakan akumulasi debu atau pasir. Horison tanah ini menunjukan terjadinya kehilangan sebagian atau keseluruhan struktur asli batuan. Horison B, yakni horison tanah yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O dan didominasi oleh kehilangan ebagian atau keseluruhan struktur asli batuan dan menunjukan satu atau lebih karakteristik berikut ini: (a) iluviasi lempung silikat, besi, aliminium, humus, karbonat, gypsum, atau silica masing-masing secara murni atau kombinasi; (b) tampak nyata kehilangan karbonat; (c) konsentrasi residu silica; (d) kutan seskuioksida yang menghassilkan horison mempunyai warna value rendah, warna chroma tinggi, atau memiliki hue lebih merah dari pada horison dibawah atau diatasnya tanpa menunjukan adanya iluviasi besi; (e) alterasi yang membentuk lempung silikat atau melepaskan oksida atau keduanya dan terbentuk struktur granuler, gumpal, atau prismatic apabila perubahan volume diikuti perubahan kandungan lengas; (f) bersifat rapuh. Horison C, yakni horison atau lapisan yang tidak termasuk batuan induk yang keras, sedikit dipengaruhi oleh faktor pedogenesis, dan sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat horison O, A, E, atau B. Bahan  yang dijumpai di horison C kemungkinan sama atau tidak sama sekali dengan bahan solum yang terbentuk. Horison C kemungkinan telah mengalami proses modifikasi meskipun tidak nyata telah terjadi proses pedogenesis. Horison R, yakni batuan induk yang keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras atau batu pasir yang keras sehingga tidak mungkin digali dengan menggunakan sekop atau cangkul.

Pengamatan profil tanah meliputi: (1) pengamatan dalam profil itu sendiri dan (2) pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Termasuk faktor sekeliling yaitu: vegetasi, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitasi, keadaan berbatu dan sebagainya. Profil tanah yang akan diamati cirri-cirinya harus memenuhi persyaratan: (1) masih alami, (2) vertikal, (3)bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari langsung.





BAB III

METODE PRAKTIKUM



A.    Bahan dan Alat



Bahan dan alat yang digunakan adalah: Pisau lapang, Meteran kain kecil, Pin, Kompas geologi, Munsell soil colour chart, Kinometer, Bor tanah, Lup, Altimeter, Cangkul, Botol semprot, Ember, H2O2HCL, Tas besar, Tas kecil, Botol film, kertas lakmus.



B.            Prosedur Kerja



1.              Memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran di tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter.

2.              Menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran 2 meter, lebar 1,5 meter dan kedalaman 1,5 meter. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan praktikan turun ke profil.

3.              Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya profil, diukur dari lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison atau lapisan tanah dapat ditentukan dengan melihat perbedaan warna atau perbedaan kekerasan. Perbedaan kekerasan ditentukan dengan cara menusukkan pisau ke dalam tanah dengan tekanan tetap.

4.              Selanjutnya dilakukan penetapan batas horison dan pencatatan kedalamannya pada daftar isian profil.

5.              Dalam pengamatan tabel horison, yang perlu diamati:

a)              Kejelasannya, yang dibedakan atas:

a = abrupt (nyata), jika tebalnya < 2,5 cm

c = clear (jelas), batas peralihannya 2,50-6,25 cm

g = gradual (berangsur), batas peralihannya 6,25-12,5 cm

d = diffuse (baur), batas peralihannya > 12,5 cm

b)             Topografi batas horison, yang dibedakan atas:

s = smooth (rata), batasnya lurus teratur

w = wavy (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam

I = irregular (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam

b = broken (terputus), batas horison tidak dapat disambungkan

6.              Setelah masing-masing horison diketahui batasnya, masing-masing horison diamati:

a.              Warna tanah (matriks)

Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya (permukaan tidak mengkilap), diletakkan di bawah lubang kertas buku Munsell Siol Color Chart. Di catat warna dan naman warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

b.              Tekstur tanah

Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan aquades hingga tanah dapat di tekan.

c.              Struktur tanah

Sebongkah tanah di ambil dari horizon tanah, kemudian di pecah dengan cara menekan dengan jari atau di jatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.

d.             Konsistensi

Contoh tanah dalam berbagai kandungan air di amati dengan cara di pijit dengan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab, dan basah dengan cara menambahkan aquades pada contoh tanah.

Ø   Konsistensi tanah dalam keadaan kering

Dalam keadaan kering konsistensi ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah di katakan berkonsistensi lunak. Dibedakan menjadi :

I     = lepas (loose), tanah tidak melekat satu sama lain ( tanah pasir)

s     = lunak (soft), gumpalan tanah mudah hancur bila di remas

sh  = agak keras (slightly hard), tanah hancur dengan tekanan sedang    antara ibujari dan telunjuk

h    =  keras (hard), hancur antar tekanan sedang sampai kuat

vh  = sangat keras (very hard), tahan terhadap tekanan, masa tanah sukar di hancurkan dengan jari tangan

eh   = sangat keras sekali ( extremely hard), sangat tahan terhadap       tekanan, masa tidak dapt dipecahkan dengan tangan

Ø   Konsistensi tanah dalam keadaan lembab

Dalam keadaan lembab konsistensi ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah di katakana berkonsistensi gembur. Dibedakan menjadi :

I  = lepas (loose), butir-butir tanah terlepas satu dengan yang lain

Vf  = sangat gembur ( very friable), sedikit tekanan sudah hancur

f   = gembur (friable), tekanan agak kuat baru hancur

t   = teguh (firm), masa tanah hancur dengan tekanan sedang

vt   = sangat teguh (very firm), dengan tekanan sangat kuat baru hancur

et  = sangat teguh sekali (extremely firm), sangat tahan terhadap tekanan tangan, baru hancur jika diinjak dengan kaki

Ø   Konsistensi tanah dalam keadaan basah

Dalam keadaan basah konsistensi di tentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuan mempertahankan bentuk tersebut ( plastis atau tidak plastis)

a.              Kelekatan (stickiness)

s0     = tidak lekat(non sticky), tidak ada yang melekat pada  jari

ss    = agak lekat (slightly sticky), sedikit melekat pada satu jari  yang mudah lepas

s   = lekat (sticky), melekat pada dua jari, kalau ditarik masa tanah tersebut elastic antara jari dan masa tanah

vs   = sangat lekat (very sticky), sangat melekat pada kedua jari dan sukar dilepaskan

b.              Keliatan (Plasticity)

p0 = tidak plastis (nnon plastic), tidak dapat dibuat pita tanah

ps  = agak plastis ( slightly plastic), dapat membentuk gulungan kecil yang mudah diubah bentuknya

p  = plastis (plastic), dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, berubah bentuknya jika ditekan

vp   = sangat plastis (very plastic), membentuk gulungan kecil, hanya dapat diubah bentuknya dengan pijitan kuat



e.              pH tanah



7.              Selain cirri-ciri morfologi profil, perlu pula dicatat faktor-faktor sekeliling yaitu: ketinggian tempat, kemiringan, serta vegetasi yang dominan.







BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN



A.    Hasil



Hasil pengamatan terlampir.



B.     Pembahasan



Dari hasil pengamatan profil tanah pada saat praktikum yang telah dilakukan di lokasi belakang fakultas pertanian dengan ketinggian 110 m dpl, kemiringannya 150 26%, dan berlereng kaki gunung Slamet. Vegetasi yang dominan tumbuh yaitu ilalang dan lampesan. Horison yang ditemukan pada praktikum ada 5 horison yaitu horison O, horison A, horison B, horison C, dan horison R. Pembahasan masing-masing horison sebagai berikut :



Horison O, yakni lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Horison ini mempunyai kedalaman 0-9 cm. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah dark brown (7,5 YR 3/4). Tekstur tanah ini adalah liat. Struktur tanah ini adalah remah. Konsistensi tanah pada horison O dalam keadaan basah yaitu tidak lengket artinya tanah mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah, sedangkan dalam keadaan lembab konsistensinya adalah gembur. pH horison ini adalah asam.



Horison A, yakni horison mineral yang terbentuk dipermukaan atau bawah horison O yang menunjukan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan. Horison ini mempunyai kedalaman 9-26 cm. Warna tanah pada horison ini adalah dark brown (7,5 YR 4/4). Tekstur tanah yang ditemukan pada horison ini adalah liat berpasir. Struktur tanahnya adalah gumpal bersudut. Konsistensi pada horison A dalam keadaan basah yaitu tidak lengket sehingga tanah mudah diolah dan dalam keadaan lembab konsistensinya yaitu lepas-lepas serta mempunyai pH tanah asam.



Horison B, yakni horison tanah yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O dan didominasi oleh kehilangan ebagian atau keseluruhan struktur asli batuan dan menunjukan satu atau lebih karakteristik. Horison ini mempunyai kedalaman 26-49 cm. Warna tanah pada horison ini adalah dark brown (7,5 YR 4/4). Tekstur tanahnya adalah liat berpasir. Struktur tanahnya gumpal bersudut. Konsistensi dalam keadaan basah bersifat tidak lengket dan dalam keadaan lembab bersifat teguh. pH tanah bersifat asam.



Horison C, yakni horison atau lapisan yang tidak termasuk batuan induk yang keras, sedikit dipengaruhi oleh faktor pedogenesis, dan sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat horison O, A, E, atau B. horison ini mempunyai kedalaman 49-85 cm. Warna tanah pada horison ini adalah dark yellowish brown (10 YR 4/6). Teksturnya liat artinya rasa halus dengan debu. Struktur tanahnya adalah gumpal bersudut. Konsistensi tanah dalam keadaan basah bersifat agak lekat sehingga sulit diolah karena dapat melekat pada alat pengolahan tanah, sedangkan dalam keadaan lembab bersifat teguh artinya agak sulit dicangkul. Horison ini memiliki pH yang asam.



Horison R, yakni batuan induk yang keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras atau batu pasir yang keras sehingga tidak mungkin digali dengan menggunakan sekop atau cangkul. Horison ini mempunyai kedalaman >85 cm. Warna tanah yang terdapat pada horison R adalah dark brown (7,5 YR 3/4). Tekstur tanahnya adalah lempung berpasir. Strukturnya adalah gumpal bersudut. Konsistensi dalam keadaan basah adalah lekat artinya sulit diolah, sedangkan dalam keadaan lembab adalah sangat teguh sekali.



Pada pengamatan profil tanah yang bertempat di Gandatapa memiliki ketinggian tempat 550 m dpl, kemiringannya adalah 260 25%. Vegetasi yang tumbuh di atasnya antara lain singkong, kopi, paku-pakuan, bambu dan cabe. Horison yang ditemukan adalah O, A, E, B, C, dan R. Horison ini berbeda dengan yang terdapat di belakang kampus karena pengamatannya pada tanah vertikal sehingga tidak dijumpai horison C maupun R. Pembahasan setiap horison sebagai berikut :



Horison O merupakan lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Horison ini memiliki kedalaman 0-23 cm. Warna tanah pada horison ini adalah dark brown (7,5 YR 3/4). Tekstur tanahnya lempung berpasir artinya kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur. Strukturnya adalah remah. Konsistensinya dalam keadaan basah bersifat tidak lengket artinya tanah mudah diolah dan dalam keadaan lembab bersifat gembur. horison ini memiliki pH tanah asam.



Horison A merupakan horison mineral yang terbentuk dipermukaan atau bawah horison O yang menunjukan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan. Horison ini memiliki kedalaman 23-49 cm. Warna tanahnya adalah dark brown (7,5 YR 4/4). Tekstur tanahnya debu artinya licin dan melekat. Struktur tanah pada horison ini adalah remah. Konsistensi tanah dalam keadaan basah adalah tidak lengket, sedangkan dalam keadaan lembab adalah gembur (mudah diolah). Tanah pada horison ini memiliki pH asam.



Horison E merupakan horison tanah mineral dengan karakteristik khusus telah terjadi kehilangan lempung silikat, besi, aluminium, atau kombinasinya, dan yang tinggal merupakan akumulasi debu atau pasir. Horison ini memiliki kedalaman 49-69 cm. Warna tanah yang ditemukan pada horison E adalah dark yellowish brown (10 YR 3/6). Tekstur tanah ini adalah liat berdebu artinya lekat, halus, berat, agak licin. Struktur tanah ini adalah gumpal membulat. Konsistensi tanah ini dalam keadaan basah bersifat tidak lengket artinya mudah diolah, sedangkan dalam keadaan lembab bersifat lepas-lepas. Tanah ini memiliki pH asam.



Horison B merupakan horison tanah yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O. Horison ini memiliki kedalaman 69-88 cm. Warna tanahnya dark yellowish brown (10 YR 3/4). Tekstur tanah pada horison ini adalah debu artinya lekat dan licin sekali. Struktur tanahnya adalah gumpal membulat. Konsistensi dalam keadaan basah adalah agak lekat dan dalam keadaan lembab adalah lepas-lepas. pH tanah ini adalah asam.



Horison C merupakan horison yang telah mengalami proses modifikasi meskipun tidak nyata telah terjadi proses pedogenesis. Horison ini memiliki kedalaman 88-112 cm. Warna yang ditemukan pada horison ini adalah dark brown (7,5 YR 3/4). Tekstur tanah ini adalah debu. Struktur tanahnya gumpal bersudut. Konsistensi tanah ini dalam keadaan basah bersifat agak lekat, sedangkan dalam keadaan lembab teguh (mudah diolah). Tanah ini memiliki pH asam.



Horison R merupakan horison yang terdapat batuan keras yang belum mengalami pelapukan. Horison ini memiliki kedalaman >112 cm. Warna tanah pada horison ini adalah strong brown (7,5 YR 4/6). Tekstur tanah ini adalah liat berdebu. Struktur tanahnya gumpal membulat. Konsistensi tanah dalam keadaan basah bersifat agak lekat, sedangkan dalam keadaan lembab bersifat teguh. pH tanah ini adalah asam.





BAB V

PENUTUP



A.      Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Ø  Mahasiswa mampu mengamati secara langsung profil tanah yang disusun oleh horison-horison tanah serta mampu mengamati sifat fisik tanah tersebut.

Ø   Horison tanah  yang menyusun solum tanah di belakang  kampus Faperta Unsoed adalah horizon O, A, B, C, dan R.

Ø  Horison tanah yang menyusun solum tanah di daerah Gandatapa adalah horizon O, A, E, B, C, dan R.

 

B.       Saran

Ø  Para praktikan diharapkan lebih teliti dan serius dalam mengamati sifat fisik tanah di lapang.



DAFTAR PUSTAKA



Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Penerbit PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius

         (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Tim Pengampu. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Jenderal    Soedirman. Purwokerto








































Tidak ada komentar :