LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
:
TRI PRIHATININGSIH
A0B011053
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
D3 – ILMU TANAH
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanah yaitu
tempat berdirinya tanaman, gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan
tanaman, serta tempat persediaan air bagi tanaman. Untuk memperoleh gambaran
yang jelas dan untuk meneliti sifat-sifat tanah dengan baik di lapangan, maka
perlu dilakukan irisan tegak lurus dari permukaan tanah ke bawah. Dari irisan
tegak lurus ini akan terlihat hubungan tanah yang berada di permukaan bumi
dengan benda-benda bagian bawahnya sebagai pembentuk tanah. Irisan tegak lurus
seperti ini umumnya sampai kedalaman ± 150 cm, disebut profil tanah.
Sifat morfologi
tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang.
Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari
tanah tersebut. Batas suatu horison dengan horison yang lainnya dalam suatu
profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Tanah terbentuk dari pencampuran
komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. Ada 4 komponen
utama penyusun tanah mineral yang tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan mata
telanjang. Komponen tanah tersebut dipilah menjadi tifa fase penyusun tanah,
yakni: (1) fase padat : bahan mineral dan bahan organik; (2) fase cair : lengas
tanah dan air tanah; serta (3) fase gas : udara tanah. komposisi tanah
berdasarkan volume tanah, masing-masing komponen hanya perkiraan (% volume).
Komponen mineral adalah semua jenis bahan padat hasil pelapukan batuan induk,
termasuk mineral primer, mineral sekunder, dan bahan amorf yang mempunyai
bermacam-macam ukuran dan komposisi. (1) ukuran : pasir (2000-50 µm), debu
(50-2 µm), dan lempung (< 2 µm). (2) komposisi mineralogi : (a) pasir/debu :
feldspar, kuarsa, hornblende, biotit, dan lain-lain; (b) lempung : kaolinit,
monmorillonit, illit, bentonit; (c) amorf : alofan, imogolit, dan oksida.
Komponen organic terdiri atas fauna dan flora tanah, perakaran tanaman, serta
hasil dekomposisi/peruraian sisa vegetasi atau hewan sebagai hasil kegiatan
mikroorganisme sehingga selalu terjadi alihrupa komponen tanah.
B. Tujuan
Ø Mahasiswa
mampu mengamati secara langsung profil tanah dan sifat fisik tanah di lapang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Profil tanah merupakan penampang vertikal dari
tanah yang menunjukkan susunan horison tanah. Ada 6 horison utama yang menyusun
profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah, yaitu horison O, A, E, B, C,
dan R, sedangkan horison yang menyusun solum tanah adalah hanya horison A, E,
dan B. Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang kurang lebih seragam di
dalam profil, batas antar horison yang bertetangga sejajar atau hampir sejajar
terhadap permukaan tanah. Horison tanah dapat dibedakan secara visual dan batas
perubahan dari horison yang satu ke yang lain, terutama tanah-tanah diwilayah
tropika basah cenderung kabur atau tidak jelas. Simbol notasi horison dan
lapisan tanah terdapat perbedaan antara Supplement
to the Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1962) dan Soil Survey Manual
(Soil Survey Staff, 1981).
Berikut ini notasi horison terbaru. Horison O, yakni lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Dalam beberapa kasus lapisan tanah tersebut dijenuhi air dalam waktu yang relative lama atau pernah jenuh air kemudian dilakukan pengatusan buatan; yang lain tidak pernah dijenuhi air. Horison A, yakni horison mineral yang terbentuk dipermukaan atau bawah horison O yang menunjukan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan. Pada horison A mungkin terjadi akumulasi humifikasi bahan organik yang bercampur dengan bahan mineral dan tidak dipengaruhi sama sekali oleh karakteristik horison E atau B. Sifat yang dimiliki merupakan hasil kegiatan pertanian atau kegiatan lain yang merusak. Horison E,yakni horison tanah mineral dengan karakteristik khusus telah terjadi kehilangan lempung silikat, besi, aluminium, atau kombinasinya, dan yang tinggal merupakan akumulasi debu atau pasir. Horison tanah ini menunjukan terjadinya kehilangan sebagian atau keseluruhan struktur asli batuan. Horison B, yakni horison tanah yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O dan didominasi oleh kehilangan ebagian atau keseluruhan struktur asli batuan dan menunjukan satu atau lebih karakteristik berikut ini: (a) iluviasi lempung silikat, besi, aliminium, humus, karbonat, gypsum, atau silica masing-masing secara murni atau kombinasi; (b) tampak nyata kehilangan karbonat; (c) konsentrasi residu silica; (d) kutan seskuioksida yang menghassilkan horison mempunyai warna value rendah, warna chroma tinggi, atau memiliki hue lebih merah dari pada horison dibawah atau diatasnya tanpa menunjukan adanya iluviasi besi; (e) alterasi yang membentuk lempung silikat atau melepaskan oksida atau keduanya dan terbentuk struktur granuler, gumpal, atau prismatic apabila perubahan volume diikuti perubahan kandungan lengas; (f) bersifat rapuh. Horison C, yakni horison atau lapisan yang tidak termasuk batuan induk yang keras, sedikit dipengaruhi oleh faktor pedogenesis, dan sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat horison O, A, E, atau B. Bahan yang dijumpai di horison C kemungkinan sama atau tidak sama sekali dengan bahan solum yang terbentuk. Horison C kemungkinan telah mengalami proses modifikasi meskipun tidak nyata telah terjadi proses pedogenesis. Horison R, yakni batuan induk yang keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras atau batu pasir yang keras sehingga tidak mungkin digali dengan menggunakan sekop atau cangkul.
Pengamatan
profil tanah meliputi: (1) pengamatan dalam profil itu sendiri dan (2)
pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Termasuk faktor sekeliling yaitu: vegetasi, kedalaman air tanah, topografi,
usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi,
salinitasi, keadaan berbatu dan sebagainya. Profil tanah yang akan diamati
cirri-cirinya harus memenuhi persyaratan: (1) masih alami, (2) vertikal,
(3)bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan dan alat
yang digunakan adalah: Pisau lapang, Meteran kain kecil, Pin, Kompas geologi, Munsell
soil colour chart, Kinometer, Bor tanah, Lup, Altimeter, Cangkul, Botol semprot,
Ember, H2O2HCL, Tas besar, Tas kecil, Botol film, kertas lakmus.
B.
Prosedur
Kerja
1.
Memilih tempat pembuatan profil.
Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran di tempat-tempat sekitar profil yang
akan dibuat sedalam 1 meter.
2.
Menggali lubang sedemikian rupa sehingga
terbentuk profil tanah dengan ukuran 2 meter, lebar 1,5 meter dan kedalaman 1,5
meter. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) ke bawah untuk
memudahkan praktikan turun ke profil.
3.
Pengamatan dimulai dengan mengukur
dalamnya profil, diukur dari lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison
atau lapisan tanah dapat ditentukan dengan melihat perbedaan warna atau
perbedaan kekerasan. Perbedaan kekerasan ditentukan dengan cara menusukkan
pisau ke dalam tanah dengan tekanan tetap.
4.
Selanjutnya dilakukan penetapan batas
horison dan pencatatan kedalamannya pada daftar isian profil.
5.
Dalam pengamatan tabel horison, yang
perlu diamati:
a)
Kejelasannya, yang dibedakan atas:
a
= abrupt (nyata), jika tebalnya < 2,5 cm
c
= clear (jelas), batas peralihannya 2,50-6,25 cm
g
= gradual (berangsur), batas peralihannya 6,25-12,5 cm
d
= diffuse (baur), batas peralihannya > 12,5 cm
b)
Topografi batas horison, yang dibedakan
atas:
s
= smooth (rata), batasnya lurus teratur
w
= wavy (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam
I
= irregular (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam
b
= broken (terputus), batas horison tidak dapat disambungkan
6.
Setelah masing-masing horison diketahui
batasnya, masing-masing horison diamati:
a.
Warna tanah (matriks)
Diambil
sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya (permukaan tidak mengkilap),
diletakkan di bawah lubang kertas buku Munsell Siol Color Chart. Di catat warna
dan naman warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari
langsung.
b.
Tekstur tanah
Diambil
sedikit tanah gumpal yang lembab kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan
aquades hingga tanah dapat di tekan.
c.
Struktur tanah
Sebongkah
tanah di ambil dari horizon tanah, kemudian di pecah dengan cara menekan dengan
jari atau di jatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan
pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan
kelas struktur tanah.
d.
Konsistensi
Contoh
tanah dalam berbagai kandungan air di amati dengan cara di pijit dengan ibu
jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab, dan basah
dengan cara menambahkan aquades pada contoh tanah.
Ø Konsistensi
tanah dalam keadaan kering
Dalam
keadaan kering konsistensi ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila
gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah di katakan berkonsistensi lunak.
Dibedakan menjadi :
I = lepas (loose), tanah tidak melekat satu
sama lain ( tanah pasir)
s = lunak (soft), gumpalan tanah mudah
hancur bila di remas
sh = agak keras (slightly hard), tanah hancur
dengan tekanan sedang antara ibujari
dan telunjuk
h =
keras (hard), hancur antar tekanan sedang sampai kuat
vh = sangat keras (very hard), tahan terhadap
tekanan, masa tanah sukar di hancurkan dengan jari tangan
eh = sangat keras sekali ( extremely hard),
sangat tahan terhadap tekanan, masa
tidak dapt dipecahkan dengan tangan
Ø Konsistensi
tanah dalam keadaan lembab
Dalam
keadaan lembab konsistensi ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila
gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah di katakana berkonsistensi gembur.
Dibedakan menjadi :
I = lepas (loose), butir-butir tanah terlepas
satu dengan yang lain
Vf = sangat gembur ( very friable), sedikit
tekanan sudah hancur
f = gembur (friable), tekanan agak kuat baru
hancur
t = teguh (firm), masa tanah hancur dengan
tekanan sedang
vt = sangat teguh (very firm), dengan tekanan
sangat kuat baru hancur
et = sangat teguh sekali (extremely firm),
sangat tahan terhadap tekanan tangan, baru hancur jika diinjak dengan kaki
Ø Konsistensi
tanah dalam keadaan basah
Dalam
keadaan basah konsistensi di tentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat
atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuan
mempertahankan bentuk tersebut ( plastis atau tidak plastis)
a.
Kelekatan (stickiness)
s0 = tidak lekat(non sticky), tidak ada yang
melekat pada jari
ss = agak lekat (slightly sticky), sedikit
melekat pada satu jari yang mudah lepas
s = lekat (sticky), melekat pada dua jari,
kalau ditarik masa tanah tersebut elastic antara jari dan masa tanah
vs = sangat lekat (very sticky), sangat melekat
pada kedua jari dan sukar dilepaskan
b.
Keliatan (Plasticity)
p0
= tidak plastis (nnon plastic), tidak dapat dibuat pita tanah
ps = agak plastis ( slightly plastic), dapat
membentuk gulungan kecil yang mudah diubah bentuknya
p = plastis (plastic), dapat membentuk gulungan
kecil dan elastis, berubah bentuknya jika ditekan
vp = sangat plastis (very plastic), membentuk
gulungan kecil, hanya dapat diubah bentuknya dengan pijitan kuat
e.
pH tanah
7.
Selain cirri-ciri morfologi profil,
perlu pula dicatat faktor-faktor sekeliling yaitu: ketinggian tempat,
kemiringan, serta vegetasi yang dominan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil pengamatan
terlampir.
B.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan profil tanah pada saat
praktikum yang telah dilakukan di lokasi belakang fakultas
pertanian dengan ketinggian 110 m dpl, kemiringannya 150 26%, dan
berlereng kaki gunung Slamet. Vegetasi yang dominan tumbuh yaitu
ilalang dan lampesan. Horison yang ditemukan pada praktikum ada 5
horison yaitu horison O, horison A, horison B, horison C, dan horison R.
Pembahasan masing-masing horison sebagai berikut :
Horison O, yakni
lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Horison ini mempunyai
kedalaman 0-9 cm. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini
adalah dark brown (7,5 YR 3/4).
Tekstur tanah ini adalah liat. Struktur tanah ini adalah remah. Konsistensi
tanah pada horison O dalam keadaan basah yaitu tidak lengket artinya tanah mudah
diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah, sedangkan dalam keadaan
lembab konsistensinya adalah gembur. pH horison ini adalah asam.
Horison A, yakni
horison mineral yang terbentuk dipermukaan atau bawah horison O yang menunjukan
kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan. Horison ini
mempunyai kedalaman 9-26 cm. Warna tanah pada horison
ini adalah dark brown (7,5 YR 4/4).
Tekstur tanah yang ditemukan pada horison ini adalah liat berpasir. Struktur tanahnya
adalah gumpal bersudut. Konsistensi pada horison A dalam keadaan basah yaitu
tidak lengket sehingga tanah mudah diolah dan dalam keadaan lembab
konsistensinya yaitu lepas-lepas serta mempunyai pH tanah asam.
Horison B, yakni
horison tanah yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O dan didominasi oleh
kehilangan ebagian atau keseluruhan struktur asli batuan dan menunjukan satu
atau lebih karakteristik. Horison ini mempunyai kedalaman 26-49 cm. Warna
tanah
pada
horison ini adalah dark brown (7,5 YR 4/4).
Tekstur tanahnya adalah liat berpasir. Struktur tanahnya gumpal bersudut.
Konsistensi dalam keadaan basah bersifat tidak lengket dan dalam keadaan lembab
bersifat teguh. pH tanah bersifat asam.
Horison C, yakni
horison atau lapisan yang tidak termasuk batuan induk yang keras, sedikit
dipengaruhi oleh faktor pedogenesis, dan sama sekali tidak mempunyai
sifat-sifat horison O, A, E, atau B. horison ini mempunyai kedalaman 49-85 cm. Warna
tanah pada horison ini adalah dark yellowish brown (10
YR 4/6). Teksturnya liat artinya rasa halus dengan
debu. Struktur tanahnya adalah gumpal bersudut. Konsistensi tanah dalam keadaan
basah bersifat agak lekat sehingga sulit diolah karena dapat melekat pada alat
pengolahan tanah, sedangkan dalam keadaan lembab bersifat teguh artinya agak sulit
dicangkul. Horison ini memiliki pH yang asam.
Horison R, yakni
batuan induk yang keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur
keras atau batu pasir yang keras sehingga tidak mungkin digali dengan
menggunakan sekop atau cangkul. Horison ini mempunyai kedalaman >85 cm. Warna
tanah yang terdapat pada horison R adalah dark brown (7,5
YR 3/4). Tekstur tanahnya adalah lempung berpasir.
Strukturnya adalah gumpal bersudut. Konsistensi dalam keadaan basah adalah
lekat artinya sulit diolah, sedangkan dalam keadaan lembab adalah sangat teguh
sekali.
Pada
pengamatan profil
tanah yang bertempat di Gandatapa memiliki ketinggian tempat
550 m dpl, kemiringannya adalah 260 25%. Vegetasi yang tumbuh di
atasnya antara lain singkong, kopi, paku-pakuan, bambu dan cabe. Horison yang
ditemukan adalah O, A, E, B, C, dan R. Horison ini berbeda
dengan yang terdapat di belakang kampus karena pengamatannya pada tanah
vertikal sehingga tidak dijumpai horison C maupun R. Pembahasan setiap horison
sebagai berikut :
Horison
O merupakan lapisan
tanah yang didominasi oleh bahan organik. Horison
ini memiliki kedalaman 0-23 cm. Warna tanah pada horison
ini adalah dark brown (7,5 YR 3/4).
Tekstur tanahnya lempung berpasir artinya kasar agak jelas, agak melekat, dan
dapat dibuat bola tetapi mudah hancur. Strukturnya adalah remah. Konsistensinya
dalam keadaan basah bersifat tidak lengket artinya tanah mudah diolah dan dalam
keadaan lembab bersifat gembur. horison ini memiliki pH tanah asam.
Horison
A merupakan horison
mineral yang terbentuk dipermukaan atau bawah horison O yang menunjukan
kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan.
Horison ini memiliki kedalaman 23-49 cm. Warna tanahnya adalah dark brown (7,5
YR 4/4). Tekstur tanahnya debu artinya licin dan
melekat. Struktur tanah pada horison ini adalah remah. Konsistensi tanah dalam
keadaan basah adalah tidak lengket, sedangkan dalam keadaan lembab adalah
gembur (mudah diolah). Tanah pada horison ini memiliki pH asam.
Horison
E merupakan horison
tanah mineral dengan karakteristik khusus telah terjadi kehilangan lempung
silikat, besi, aluminium, atau kombinasinya, dan yang tinggal merupakan
akumulasi debu atau pasir. Horison ini memiliki kedalaman 49-69 cm.
Warna tanah yang ditemukan pada horison E adalah dark yellowish brown (10
YR 3/6). Tekstur tanah ini adalah liat berdebu
artinya lekat, halus, berat, agak licin. Struktur tanah ini adalah gumpal
membulat. Konsistensi tanah ini dalam keadaan basah bersifat tidak lengket
artinya mudah diolah, sedangkan dalam keadaan lembab bersifat lepas-lepas.
Tanah ini memiliki pH asam.
Horison
B merupakan horison
tanah yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O. Horison ini
memiliki kedalaman 69-88 cm. Warna tanahnya dark yellowish brown (10
YR 3/4). Tekstur tanah pada horison ini adalah debu
artinya lekat dan licin sekali. Struktur tanahnya adalah gumpal membulat.
Konsistensi dalam keadaan basah adalah agak lekat dan dalam keadaan lembab
adalah lepas-lepas. pH tanah ini adalah asam.
Horison
C merupakan horison
yang telah mengalami proses modifikasi meskipun tidak nyata telah terjadi
proses pedogenesis. Horison ini memiliki kedalaman 88-112 cm.
Warna yang ditemukan pada horison ini adalah dark brown (7,5
YR 3/4). Tekstur tanah ini adalah debu. Struktur
tanahnya gumpal bersudut. Konsistensi tanah ini dalam keadaan basah bersifat
agak lekat, sedangkan dalam keadaan lembab teguh (mudah diolah). Tanah ini
memiliki pH asam.
Horison
R merupakan horison yang terdapat
batuan keras yang belum mengalami pelapukan. Horison ini memiliki kedalaman
>112 cm. Warna tanah pada horison ini adalah strong brown (7,5
YR 4/6).
Tekstur tanah ini adalah liat berdebu. Struktur tanahnya gumpal membulat.
Konsistensi tanah dalam keadaan basah bersifat agak lekat, sedangkan dalam
keadaan lembab bersifat teguh. pH tanah ini adalah asam.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Ø Mahasiswa mampu
mengamati secara langsung profil tanah yang disusun oleh horison-horison tanah
serta mampu mengamati sifat fisik tanah tersebut.
Ø Horison tanah
yang menyusun solum tanah di belakang
kampus Faperta Unsoed adalah horizon O, A, B, C, dan R.
Ø Horison tanah yang
menyusun solum tanah di daerah Gandatapa adalah horizon O, A, E, B, C, dan R.
B.
Saran
Ø Para
praktikan diharapkan lebih teliti dan serius dalam mengamati sifat fisik tanah
di lapang.
DAFTAR
PUSTAKA
Hardjowigeno,
S. 1989. Ilmu Tanah. Penerbit PT. Mediyatama
Sarana Perkasa. Jakarta.
Sutanto,
R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep
dan Kenyataan. Penerbit Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Tim Pengampu. 2011. Penuntun
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Tidak ada komentar :
Posting Komentar